Sekretaris Jenderal PBB António Guterres memperingatkan bahwa krisis keanekaragaman hayati (biodiversity loss) adalah masalah global yang tidak bisa diabaikan oleh negara mana pun. Ia menyerukan kepada seluruh pemerintah untuk “bertindak sekarang untuk menghentikan perusakan alam, melindungi planet kita, dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan untuk semua.”
Peringatan ini menegaskan betapa mendesaknya perlindungan terhadap alam sebelum semuanya terlambat. Jika kita tidak segera bertindak, kita berisiko kehilangan udara bersih, makanan, air, dan kestabilan iklim yang selama ini disediakan oleh alam.
Apa Itu Krisis Keanekaragaman Hayati (Biodiversity Loss)?
Menurut United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR), hilangnya keanekaragaman hayati (biodiversity loss) berarti kita sedang kehilangan ragam kehidupan di Bumi, mulai dari berbagai jenis tumbuhan dan hewan, hingga seluruh ekosistem seperti hutan, terumbu karang, dan lahan basah.
Baca Juga Are Renewable Materials the Key to Reducing Environmental Impact?
Kenapa Kita Harus Peduli?

Kehilangan keanekaragaman hayati terjadi dalam kecepatan yang mengkhawatirkan. WWF Living Planet Report 2024 mencatat bahwa populasi satwa liar di seluruh dunia turun hingga 73% antara tahun 1970 sampai 2020. Data ini diambil dari hampir 35.000 populasi, mencakup lebih dari 5.000 spesies vertebrata. Artinya, setiap tahun populasi satwa liar menyusut sekitar 2,6%.
Laporan lain dari IPBES di tahun yang sama menunjukkan bahwa kita kehilangan sekitar 2-6% alam setiap dekade. Bukan hanya hewan, tapi juga ekosistem penting seperti hutan, sungai, dan terumbu karang. Ini jadi tanda nyata bahwa alam sedang perlahan menghilang dari sekitar kita.
Penyebab Utama Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Penyebab hilangnya keanekaragaman hayati saling berkaitan dan sering memperparah satu sama lain. Karena itu, upaya untuk mengatasinya perlu dilakukan secara menyeluruh dan terkoordinasi di berbagai bidang.
1. Polusi
Polusi menjadi salah satu penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati karena berdampak langsung pada hewan, tumbuhan, dan ekosistem. Bahan kimia dari aktivitas pertanian seperti pestisida dan pupuk, misalnya, bisa mencemari tanah dan air hingga sulit dihuni oleh satwa liar. Sampah plastik di laut dan sungai juga bisa melukai atau membunuh hewan laut ketika tertelan atau melilit tubuh mereka.
Polusi udara dan air bahkan bisa mengubah habitat secara drastis, sampai-sampai beberapa spesies tidak bisa lagi bertahan hidup di sana. Lama-kelamaan, hal ini mengurangi jumlah spesies dan melemahkan ekosistem. Menurut IPBES Nexus Assessment 2024,polusi tetap menjadi faktor besar dalam penurunan keanekaragaman hayati, terutama di lingkungan perairan tawar dan laut.
2. Perubahan Iklim
Ketika suhu global naik dan pola cuaca berubah, banyak spesies sulit beradaptasi. Perubahan iklim sudah menyebabkan pergeseran habitat, penurunan populasi, serta gangguan pada pola migrasi dan reproduksi. Beberapa spesies bahkan semakin terdesak menuju kepunahan karena habitatnya tidak lagi layak huni.
Baca Juga 6 Tips How to Reduce Climate Change Start from Ourselves
Kalau kita tidak segera memangkas emisi gas rumah kaca secara drastis, hilangnya keanekaragaman hayati akan terjadi jauh lebih cepat. Suhu yang terus meningkat dan cuaca yang makin tak menentu sudah mengancam banyak spesies, dan kerusakannya akan makin parah jika kita terus diam.
3. Habitat Destruction
Sekitar 75% daratan dan 66% perairan di bumi telah mengalami perubahan besar akibat aktivitas manusia, seperti pertanian, pembangunan kota, dan perluasan infrastruktur. Akibatnya, sekitar 85% lahan basah alami di dunia telah hilang. Kerusakan habitat seperti ini membuat banyak spesies kehilangan tempat tinggal, tempat berkembang biak, dan sumber makanan. Ketika habitat hilang atau terfragmentasi, ekosistem menjadi tidak seimbang, dan keanekaragaman hayati pun terus menurun.
3 Cara yang Bisa Kita Lakukan untuk Mencegah Biodiversity Loss
Kita bisa melakukan beberapa upaya untuk turut mencegah biodiversity loss.
1. Jaga dan Pulihkan Habitat Alami
Perubahan bisa dimulai dari diri kita sendiri, baik sebagai individu maupun pelaku usaha. Misalnya berkontribusi dengan menanam pohon, menjaga lahan basah, dan melindungi habitat alami agar tetap lestari.
2. Kurangi Sampah Plastik dalam Kehidupan Sehari-hari
Polusi plastik adalah salah satu ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati di laut dan darat. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, seperti kemasan, kantong belanja, dan wadah makanan, adalah langkah sederhana yang berdampak besar bagi kelangsungan hidup satwa liar.
3. Pilih Kemasan yang Lebih Ramah Lingkungan
Anda bisa membawa perubahan nyata dengan beralih ke kemasan yang mudah terurai dan berasal dari sumber ramah lingkungan. Foopak hadir sebagai alternatif yang lebih baik dari plastik sekali pakai. Produk paperboard seperti Foopak Bio Naturaterbuat dari sumber daya terbarukan bersertifikat, dan bisa didaur ulang, dikomposkan, serta aman untuk makanan. Artinya, kemasan ini bisa terurai tanpa membahayakan alam.
Berbeda dengan plastik yang butuh ratusan tahun untuk terurai, Foopak menggunakan kertas dari hutan bersertifikat PEFC, di mana pohon ditanam kembali dan alam tetap terjaga. Mengganti satu ton plastik dengan paperboard Foopak bisa mencegah ribuan sampah berbahaya mencemari alam. sea habitats. Dengan memilih Foopak, pelaku bisnis ikut mengurangi polusi, melindungi ekosistem, dan mendukung pemulihan habitat.