Mengenal Bahaya PFAS dari Film Dark Waters!

Kampanye mengenai kesehatan dan kelestarian lingkungan masih terus digaungkan dan digalakkan di berbagai negara. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kembali kesadaran manusia agar lebih peduli terhadap lingkungan yang ditinggali. Minimnya kesadaran terhadap permasalahan lingkungan yang ada membuat kita rentan terhadap krisis lingkungan yang terjadi, baik saat ini maupun di masa depan.

Salah satu bentuk kampanye yang dilakukan adalah melalui film bertema lingkungan yang dikemas dalam berbagai genre. Salah satu rekomendasi film bertema lingkungan terbaik adalah Dark Waters. Film yang rilis pada tahun 2019 dan berdurasi 126 menit ini disutradarai oleh Todd Haynes dan ditulis oleh Mario Correa, Matthew Michael, dan Carnahan. Ceritanya didasarkan laporan berjudul The Lawyer Who Become DuPont’s Worst Nightmare yang dirilis di New York Times pada 2016.

Film ini menceritakan tentang upaya seorang pengacara firma hukum Traaft Stettinius & Hollister di Cincinatti, Ohio, Amerika Serikat bernama Robert Billot yang berjuang melawan perusahaan raksasa sekelas DuPont. Masalah ini bermula pada tahun 1998 saat 130 sapi mati secara misterius di Parkesburg, West Virginia. Wilbur Tennant, seorang peternak di daerah tersebut meminta bantuan kepada Robert untuk menyelidiki kasus misterius ini. Tennant berasumsi bahwa perusahaan kimia bernama DuPont adalah pihak yang bertanggung jawab atas masalah ini.

Dark Waters Film / Source : Vice

Rasa penasaran terhadap laporan Tennant, membawa Billot terjun langsung untuk melihat realita yang terjadi di lapangan, ternyata sungai di daerah tersebut sudah tercemar zat-zat kimia untuk membuat teflon yang biasa digunakan alat-alat dapur, dan zat kimia tersebut merupakan limbah dari DuPont. Setelah diusut lebih lanjut, ternyata DuPont sudah melakukan uji terkait zat tersebut namun hasilnya tidak diungkap ke publik. Hal itu membuat Roberts dan Tennant menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan masalah tersebut karena hal ini dapat membahayakan masyarakat sekitar dan masa depan.

Konflik utamanya adalah saat Billot dihadapkan pada pilihan sulit antara mempertahankan karier sebagai pengacara di firma hukum yang kerap disewa untuk membela perusahaan dengan bayaran mahal atau membongkar masalah yang disebabkan oleh DuPont dan berpengaruh pada lingkungan serta masyarakat luas. Film yang dibintangi oleh Mark Ruffalo, Anne Hathaway, Tim Robbins, dan Bill Pullman ini sangat menarik untuk ditonton.

Berbicara tentang kandungan limbah dari film tersebut yang merupakan zat kimia pembentuk teflon bernama PFOA (perfluorooctanoic acid). PFOA adalah bagian senyawa dari PFAS yang merupakan zat kimia organik buatan manusia yang dibentuk dari senyawa rantai karbon hidrogen (CH) yang atom-atomnya digantikan oleh Fluor (F). Senyawa ini sangat stabil dengan berbagai tingkat pemanasan dan senyawa kimia. Itu sebabnya senyawa ini dipakai di berbagai jenis industri seperti manufaktur, makananan dan pakaian.

Aplikasi PFOA juga sangat marak ditemukan pada kemasan kertas yang digunakan untuk mencegah minyak dari makanan berlemak meresap ke dalam bungkus makanan. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa paparan PFOA pada tubuh manusia dapat menyebabkan kanker, kerusakan hati, penyakit tiroid, koliyis ulseratif, perubahan pada kadar kolesterol dan tekanan darah.
Melihat dampak negatif PFOA terhadap tubuh manusia dan maraknya penggunaan bahan packaging dengan kandungan PFOA, maka perlu adanya langkah preventif untuk mengatasi hal tersebut. Ada pepatah lebih baik mencegah dari pada mengobati bukan? Maka dari itu salah satu langkah serius yang bisa diambil adalah menggunakan packaging produk yang sudah bersertifikasi PFAS free seperti Foopak.

Langkah-langkah pencegahan dan solusi sudah dilakukan oleh pemerintah di beberapa negara, salah satunya di negara-negara bagian Amerika Serikat contohnya di Marine, negara bagian di Amerika Serikat ini sudah mulai menerapkan regulasi pelarangan penggunaan PFAS pada permadani, karpet, dan kain. Pemerintah Marine berencana melarang penggunaan PFAS secara keseluruhan pada tahun 2030. Pada negara bagian Amerika Serikat lainnya yaitu New York sudah diterapkan pembatasan PFAS khusus untuk kemasan makanan, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 37-0203 UU Konservasi Lingkungan (Environmental Conservation Law/ECL).
Negara bagian Amerika Serikat lainnya yaitu California juga telah melarang penjualan dan distribusi packaging makanan yang menggunakan kertas yang terdapat kandungan PFAS. Undang-undang melarang keras iklan-iklan produk yang mengklaim produk mereka tidak menggunakan PFAS, walau realitanya bahan kimia seperti PTFE. PTFE sendiri merupakan nama singkat dari polytetrafluorothyelene yang merupakan senyawa kimia yang biasa kita kenal dengan nama dagang teflon.

Foopak adalah produk unggulan dari Asia Pulp and Paper Sinarmas Group yang berfokus pada produksi kertas makanan berkualitas terbaik dan teraman. Foopak sendiri sudah tersertifikasi PFAS free pada produk-produknya. Foopak sangat recommended untuk menjadi pilihan utama dalam mengemas makanan karena berbahan dasar serat alami non-recycle , tidak mengandung senyawa berbahaya, tidak mengandung bakteri dan ramah lingkungan. Foopak juga memiliki produk untuk berbagai aplikasi kemasan pangan. Baik untuk makanan ataupun minuman, panas atau dingin, kering maupun berminyak. Foopak menyediakan solusi kemasan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

 

Website Design & Development by PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk.